Jembatan Merah Putih atau sering juga disebut Jembatan Martafons akan segera difungsikan, Keberadaan Jembatan Merah Putih akan berdampak besar pada dunia usaha di Kota Ambon, yang mulai bangkit dalam 10 tahun terakhir, pascakonflik horizontal yang membuat berbagai sendi kehidupan masyarakat di Ibu Kota Provinsi Maluku itu porak-poranda.
Bila jembatan itu sudah dibuka untuk umum, transportasi dari Bandara Internasional Pattimura ke Pusat Kota Ambon atau sebaliknya akan makin lancar. Tanpa itu, waktu berkendara yang dibutuhkan sekitar 1-1,5 jam, tergantung pada kelancaran lalu lintas jalan putar atau tingkat kepadatan di pelabuhan feri Galala-Poka yang selama ini menjadi dua akses pilihan. Akan tetapi, bila jembatan sudah bisa dilalui, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit. Makin singkatnya jarak dan waktu tempuh, tentu saja sangat "matching" dengan prinsip "time is money" yang berlaku di kalangan pengusaha.
Jembatan Merah Putih juga akan mempermudah akses para mahasiswa Universitas Pattimura yang berjumlah sekitar 25.000 untuk beraktivitas di Poka. Selama ini sarana yang mereka pergunakan adalah angkutan ferry, perahu dan speedboad untuk menuju kampus Poka.
Para pengguna Jembatan Merah Putih Galala-Poka seperti motor dan mobil tidak akan dikenai biaya bila jembatan terbesar di Indonesia Timur itu sudah dioperasikan untuk umum. “Semua gratis". Ini merupakan sumbangan pemerintah pusat untuk Rakyat Maluku. Tidak ada pungutan dan biaya perawatannya juga ditanggung oleh pemerintah. Namun dilarang pejalan kaki untuk singgah di atas jembatan karena dapat mengganggu arus lalu lintas..
Jembatan Merah Putih dibangun sejak 17 Juli 2011 dengan biaya sebesar Rp 772,9 miliar. Dana tersebut termasuk biaya pembangunan underpass Jalan Sudirman sebagai tempat berputar kendaraan dari dan menuju ke Jembatan Merah Putih.
Jembatan yang dibangun dengan sistem cable stayed ini menghubungkan Poka dan Galala di kawasan Teluk Ambon. Jembatan ini diharapkan dapat mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari kota Ambon menuju Bandara Pattimura yang berkisar 35 Km dan sebaliknya, sehingga biaya operasi kendaraan dapat berkurang.
Selama ini harus ditempuh selama 60 menit dengan memutari Teluk Ambon. Alternatif lain adalah dengan menggunakan kapal penyeberangan (ferry) antara Poka dan Galala dengan waktu tempuh sekitar 20 menit, ditambah waktu antri.
Secara teknis, panjang jembatan tersebut adalah 1.140 m yang terbagi ke dalam tiga bagian yaitu: Jembatan Pendekat di sisi Desa Poka sepanjang 520 m, Jembatan Pendekat di sisi Desa Galala sepanjang 320 m, dan jembatan utama sepanjang 300 m yang merupakan tipe jembatan khusus, sistem beruji kabel atau cable stayed, dengan jarak antar pilon sepanjang 150 m.