HUJAN DERAS, KOTA AMBON BANJIR DAN LONGSOR LAGI

Sama seperti satu tahun yang lalu dilanda banjir, pada Tahun 2013 ini Kota Ambon dilanda banjir kembali hanya lebih awal beberapa hari saja. Tahun lalu terjadi pada 1 Agustus 2012 sedangkan tahun ini 30 Juli 2013, namun curah hujannya tidak kalah dengan tahun yang lalu. Ada tempat-tempat yang tahun lalu tidak dilanda banjir tetapi pada tahun ini ikut terkena musibah banjir.

Hujan deras yang mengguyur Pulau Ambon dan sekitarnya sejak dua hari lalu diduga telah menewaskan sekitar lima warga di berbagai tempat di Kota Ambon, Maluku.

"Seorang warga di Gudang Arang, Kelurahan Benteng (Kecamatan Nusaniwe), bernama Rudy Latuperissa sekitar 58 tahun tewas akibat banjir setinggi satu meter yang mendadak masuk rumahnya," kata Hary Timisela, 22, salah satu warga gudang Arang di Ambon, Selasa (30/7) dinihari.

Tiga orang lainnya dilaporkan meninggal dunia akibat tertimbun longsor di kawasan Bere-Bere, Kecamatan Sirimau, pada Selasa dinihari.

Bencana longsor di kawasan Bere-Bere menimpa rumah keluarga Souhuwat, namun identitas ketiga korban belum diketahui pasti. Sementara itu, seorang bocah dilaporkan hanyut saat terjadi banjir besar di Kali Galala, Kecamatan Sirimau.


 Hative Kecil


Pohon Puleh


Batu Gantung


 Talake


 Kuda Mati





Hary mengatakan, Rudy Latuperissa yang merupakan pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Maluku diduga kuat tewas di kawasan Gudang Arang akibat terkejut ketika membuka pintu rumah dan banjir menerobos masuk secara tiba-tiba.

Sejumlah warga di Negeri Amahusu, Kecamatan Nusaniwe, juga berupaya mencari tempat berlindung yang lebih aman setelah air sungai terus meluap dan dikhawatirkan terjadi banjir bandang yang datang dari arah perbukitan.

"Semalaman kami tidak bisa tidur dan terus memantau perkembangan air yang terus sanga deras dan dikhawatirkan akan terjadi longsor seperti musibah beberapa tahun lalu," ujar Sintje Soplanit, 45, salah satu warga Amahusu.

Beberapa lokasi di daerah bantaran sungai seperti Batugajah, Skip, Mardika dan Batumerah, termasuk daerah Passo juga mengalami banjir akibat tingginya curah hujan yang terus-menerus mengguyur Pulau Ambon.

Sumber : http://www.metrotvnews.com
Sumber Gambar :
www.metrotvnews.com
www.facebook.com/Jan.kastanja
www.facebook.com/ankie.tanasale
www.facebook.com/theis.tarangi
www.facebook.com/febian.tetelay

ASIDA MAKANAN KHAS MALUKU PADA SAAT RAMADHAN

Asida salah satu makanan khas Maluku yang dapat dinikmati dengan Teh Manis atau Kopi. Asida merupakan sejenis kue bila dimakan mempunyai rasa tersendiri.
 
Bahan-bahan untuk membuat Asida:  tepung terigu, gula merah, mentega,dan bubuk kayu manis yang dicampur dengan sedikit kapulaga.

Asida biasanya banyak dijual pada saat Bulan Ramadhan. Tempat yang menjualnya di daerah Batu Merah.


Rasanya enak, manis dan kenyal.

Sumber Gambar  : http://watmen.blogspot.com


Inilah para penjual makanan di Batu Merah, termasuk  Asida makanan khas Ambon yang rasanya  manis dan enak.

Lihat Juga :

RESEP MAKANAN IKAN KUAH KUNING AMBON


Untuk menikmati Ikan Kuah Kuning, tentunya harus dimasak dulu. Di bawah ini disajikan resep untuk memasak ikan kuah kuning. Semoga dapat dimanfaatkan dan menghasilkan ikan kuah kuning yang tidak ada taranya. Resep yang disajikan berlaku untuk 6 orang, selebihnya cari makan sendiri saja.. he.. he.. he..

Bahan
  • 500 gram ikan tongkol/cakalang/tenggiri
  • 1 ½ sdt garam
  • 1 sdt asam jawa, larutkan dengan 50 ml air, saring
  • Minyak untuk menggoreng
Haluskan
  • 6 butir bawang merah
  • 5 siung bawang putih
  • 4 buah cabai merah keriting
  • 2 sdt ketumbar, sangrai
  • ½ sdt merica butiran
  • 3 cm kunyit
  • 1 sdt garam
  • ½ sdt penyedap, bila suka

  • 1 lembar daun salam
  • 4 lembar daun jeruk purut
  • 1 batang serai, ambil bagian putih, memarkan
  • 2 cm lengkuas, memarkan
  • 600 ml santan dari ½ butir kelapa
  • ½ sdt gula pasir
  • 1 ikat kecil kemangi, ambil daunnya
Cara membuat
  1. bersihkan ikan tongkol, potong-potong dan lumuri ikan dengan garam dan larutan air asam. Diamkan 10 menit, tiriskan. Goreng ikan sampai matang dan kecokelatan. Angkat, sisihkan.
  2. panaskan sedikit minyak sisa menggoreng ikan. Tumis bumbu halus, daun salam, daun jeruk purut, serai, dan lengkuas sampai harum dan matang. Beri santan dan gula pasir, didihkan sambil diaduk.
    masukkan ikan tongkol goreng, kecilkan api. Didihkan sekali lagi, angkat. 
  3. Masukkan daun kemangi, aduk rata. 

Artikel Terkait :

KARTOGRAFI DUNIA BERHUTANG KEPADA REMPAH MALUKU

Jauh sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Nusantara, para pedagang Cina sudah mencapai Kepulauan Rempah di Maluku. Mereka datang untuk membeli cengkeh sejak sekitar abad ke-3 SM—mungkin bisa jauh sebelumnya.

Sementara itu cengkeh mulai populer di Eropa baru pada abad ke-8. Mereka memanfaatkannya baik sekedar pewangi, bahan campuran pengawet makanan, maupun obat. Perdagangan cengkeh telah berpusat di Malaka selama beratus-ratus tahun sebelum akhirnya Portugis menguasainya pada 1511. 

Kalau perdagangan cengkeh Nusantara telah populer sejak dua ribu tahun lalu, pala tampaknya baru sohor pada 400 tahun silam. Suatu ketika pada abad ke-17 harga buah pala sontak melejit di pasar Eropa. Penyebabnya, seorang dokter di Elizabethan, Kota London, telah mengumumkan bahwa pala merupakan satu-satunya penyembuh penyakit radang paru-paru (pneumonic plague).

David Parry dalam buku pengantar Exhibition of Antiquarian Maps and Prints of Indonesia, berpendapat bahwa pala pernah menjadi komoditi termewah di pasar Eropa pada saat itu. Kabarnya, tingkat balik modalnya berlipat hingga 32.000 persen!

Pandangan kartografi tentang Asia pertama kali muncul dalam Geographia karya Ptolemaeus pada abad ke-2. Dia merupakan seorang geografer, tetapi bukan penjelajah. Pemeriannya tentang Asia, bahwa kawasan itu tidak dapat ditembus oleh penjelajah Eropa karena lautan yang mengelilinginya.

“Penemuan besar selama dua dekade antara 1492 dan 1512 mengubah persepsi manusia tentang bumi dan menandai lahirnya kartografi Renaisans,” demikian tulis Parry.

Berbekal peta dengan presisi yang kian membaik, para penjelajah terbantu
menemukan lokasi “Kepulauan Rempah”. Mereka pun menjadi pesohor.

Penjelajahan dan pemetaan daerah baru telah didokumentasikan oleh Portugis. Sayangnya banyak peta yang tak terselamatkan—dan musnah. Peta-peta karya kartografer masa itu menunjukkan wilayah Asia dengan garis pantai yang lebih akurat dan proporsi yang mendekati geografi sesungguhnya.

Rempah di Kepulauan Maluku telah membangkitkan pengembangan terhadap sejarah dan kartografi dunia. Dengan peta-peta yang lebih baik, penjelajah samudra abad ke-15 dan ke-16 mencari rute pelayaran menuju legenda itu. 

Sebut saja Bartolomeus Diaz, Fransisco SerrĂ£o, Ferdinand Magellan, Francis Drake. Mereka berlomba-lomba untuk mencapai lokasi itu lewat kemampuan sumber daya manusia dan teknologi dalam bidang kartografi yang lebih baik.

Dalam perkembangannya, salah satu disiplin dalam ilmu bumi tersebut memadukan geografi, astronomi, survei, seni dan teknologi pembuatan peta atau globe. Karya kartografer telah menjadi dokumen ilmiah, bahkan boleh dikategorikan hasil seni dan budaya yang menandai peradaban manusia.

Tak semua penjelajah mencapai daerah tujuannya. Christoffa Corombo—atau lebih populer dengan sebutan Christopher Colombus—yang awalnya bertujuan ke Kepulaun Rempah, namun justru menyasar ke kawasan Amerika Selatan. Atau, Ferdinand Magellan yang tewas saat pertempuran di Filipina dan tak pernah menjejakkan kakinya di Kepulauan Rempah.

Rempah telah membawa perubahan dalam peradaban dunia. Berkat rempah pula banyak muncul nama penjelajah kampiun dan para pedagang masyhur. Kartografer sohor dan penjelajah samudra Eropa berhutang budi kepada cengkeh dan pala Maluku. Dan, mereka telah membayar lunas dengan kolonialisme—babak baru tentang penderitaan dan pencerahan bagi pribumi.

Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/07/kartografi-dunia-berhutang-kepada-rempah-maluku

PEMBANGUNAN JEMBATAN MERAH PUTIH



JEMBATAN MERAH PUTIH GALALA POKA

DIATAS INI GAMBAR JAMBATAN GALALA, DI SAMPING ITU DORANG
ADA SEMENTARA BANGUN JAMBATAN MERAH PUTIH.
KALO JAMBATAN INI SU JADI ORANG MAU PIGI DI BANDARA LAHA
DAN PIGI UNPATTI SENK SUSAH LAI.
JAMBATAN MERAH PUTIH AKANG SUBANGUN DARI TAHUN 2011.
JAMBATAN INI KASIH HUBUNG GALALA DENG POKA.
SELAMA INI MAU PIGI KA POKA DARI GALALA NAIK FERRY.
ATAU DI PANTE GALALA ADA ORANG PANGGAYONG PARAHU.
BAYAR 5000 RUPIAH BISA NAIK PARAHU KA SABALAH.

JEMBATAN MERAH PUTIH GALALA POKA

JAMBATAN MERAH PUTIH RENCANA HABIS TAHUN 2014,
DENG BESAR BIAYA Rp 416,75 MILYAR.
JAMBATAN NI PUNYA PANJANG 300 METER, TAPI DARI TEMPO
DONG SUBANGUN JAMBATAN 760 METER
JADI PANJANG TOTAL 1.060 METER.
INI JAMBATAN TERPANJANG DI INDONESIA TIMUR.

JEMBATAN MERAH PUTIH GALALA POKA

INI LOKASI LAMPU LIMA GALALA,
DONG SU CABU LAMPU LIMA - AKANG SENG ADA LAI.

JEMBATAN MERAH PUTIH GALALA POKA
PEMBANGUNAN FISIK JEMBATAN MERAH PUTIH
YANG BIKIN PT WIJAYA KARYA (PERSERO),
PT PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN WIKA KSO

JEMBATAN MERAH PUTIH GALALA POKA
PROYEK JAMBATAN INI DORANG BIKIN TIGA TAHUN ANGGARAN 2011
SEBESAR RP 99,97 MILIAR, 2012 SEBESAR RP115 MILIAR
DAN SISANYA RP34,63 MILIAR PADA 2013.

JEMBATAN MERAH PUTIH GALALA POKA
ITU BANYAK PARAHU DIBAWAH PEMBANGUNAN JAMBATAN.
NANTI KALO JAMBATAN SUDAH JADI, DONG SENG BISA
AMBIL PANUMPANG LAI MANYABRANG GALALA - POKA.
DONG MAU KARJA APA E E ?????

PAR MAU BIKIN JAMBATAN MERAH PUTIH PUNK UJUNG.

JOHANNES LEIMENA PAHLAWAN NASIONAL ASAL MALUKU


Dr. Johannes Leimena (lahir di Ambon, Maluku, 6 Maret 1905 – meninggal di Jakarta, 29 Maret 1977 pada umur 72 tahun) adalah salah satu pahlawan Indonesia. Ia merupakan tokoh politik yang paling sering menjabat sebagai menteri kabinet Indonesia dan satu-satunya Menteri Indonesia yang menjabat sebagai Menteri selama 21 tahun berturut-turut tanpa terputus. Leimena masuk ke dalam 18 kabinet yang berbeda, sejak Kabinet Sjahrir II (1946) sampai Kabinet Dwikora II (1966), baik sebagai Menteri Kesehatan, Wakil Perdana Menteri, Wakil Menteri Pertama maupun Menteri Sosial. Selain itu Leimena juga menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-AL ketika ia menjadi anggota dari KOTI (Komando Operasi Tertinggi) dalam rangka Trikora.




Leimeina dilahirkan di Kota Ambon. Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia (Jakarta) dimana ia meneruskan studinya di ELS (Europeesch Lagere School), namun hanya untuk beberapa bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang). Dari sini ia melanjutkan pendidikannya ke MULO Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan kedokterannya STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen), Surabaya - cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada "Gerakan Oikumene". Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung. Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen. Setelah lulus studi kedokteran STOVIA, Leimena terus mengikuti perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk pada tahun ke 4 di bangku kuliah. CSV merupakan cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun 1950.

Dengan keaktifannya di Jong Ambon, ia ikut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu.

Setelah menempuh pendidikan kedokterannya di STOVIA Surabaya (1930), ia melanjutkan pendidikan di Geneeskunde Hogeschool (GHS - Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 1939. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)
Leimena mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930. Pertama kali diangkat sebagai dokter pemerintah di "CBZ Batavia" (kini RS Cipto Mangunkusumo). Tak lama ia dipindahtugaskan di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi meletus. Setelah itu dipindahkan ke Rumah Sakit Zending Immanuel Bandung. Di rumah sakit ini ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941.

Pada tahun 1945, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) terbentuk dan pada tahun 1950, ia terpilih sebagai ketua umum dan memegang jabatan ini hingga tahun 1957. Selain di Parkindo, Leimena juga berperan dalam pembentukan DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia, kini PGI), juga pada tahun 1950. Di lembaga ini Leimena terpilih sebagai wakil ketua yang membidangi komisi gereja dan negara.

Ketika Orde Baru berkuasa, Leimena mengundurkan diri dari tugasnya sebagai menteri, namun ia masih dipercaya Presiden Soeharto sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) hingga tahun 1973. Usai aktif di DPA, ia kembali melibatkan diri di lembaga-lembaga Kristen yang pernah ikut dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, STT, dan lain-lain. Ketika Parkindo berfusi dalam PDI (Partai Demokrasi Indonesia, kini PDI-P), Leimena diangkat menjadi anggota DEPERPU (Dewan Pertimbangan Pusat) PDI, dan pernah pula menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini.

Pada tanggal 29 Maret 1977, J. Leimena meninggal dunia di Jakarta.  Selanjutnya >>>




PAHLAWAN MALUKU MARTHA CHRISTINA TIAHAHU



Martha Christina Tiahahu (lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 – meninggal di Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1818 pada umur 17 tahun) adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut. Lahir sekitar tahun 1800 dan pada waktu mengangkat senjata melawan penjajah Belanda berumur 17 tahun. Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.

Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.

Martha Christina Tiahahu

Patung Martha Christina Tiahahu
Konon waktu pendirian patung ini sangat susah diletakkan karena kurang keseimbangan. Telah dicoba beberapa kali ternyata tidak dapat berdiri dengan baik. Patung baru dapat berdiri dengan posisi seimbang ketika menghadap Laut Banda, tempat dimana Jenasah Martha Christina Tiahahu dibuang ke laut.


Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah) ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua. Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.

Di dalam pertempuran yang sengit di Desa Ouw – Ullath jasirah Tenggara Pulau Saparua yang nampak betapa hebat srikandi ini menggempur musuh bersama para pejuang rakyat. Namun akhirnya karena tidak seimbang dalam persenjataan, tipu daya musuh dan pengkhianatan, para tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman. Ada yang harus mati digantung dan ada yang dibuang ke Pulau Jawa. Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati tembak. Martha Christina berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, namun ia tidak berdaya dan meneruskan bergerilyanya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa.

Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui ajalnya dan dengan penghormatan militer jasadnya diluncurkan di Laut Banda menjelang tanggal 2 Januari 1818. Menghargai jasa dan pengorbanan, Martha Christina dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.

    Artikel Terkait :
       




      THOMAS MATULESSY KAPITAN PATTIMURA

       Thomas Matulessy - Pattimura
      Pahlawan Maluku

      Pattimura (atau Thomas Matulessy) (lahir di Hualoy, Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun), juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura adalah pahlawan Ambon dan merupakan Pahlawan nasional Indonesia.

      Menurut buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".

      Namun berbeda dengan sejarawan Mansyur Suryanegara. Dia mengatakan dalam bukunya Api Sejarah bahwa Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Dia adalah bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali. 


      Thomas Matulessy Pattimura 

      Thomas Matulessy alias Pattimura Pahlawan Maluku sebelum menaiki tiang gantungan dia berkata: "..beta akan mati ... tetapi nanti akan bangkit pattimura-pattimura muda, yang akan meneruskan beta punya perjuangan..." 


      Thomas Matulessy Pattimura
      Patung Pattimura

      Thomas Matulessy digantung pada tempat ini, yang sekarang disebut Lapangan Merdeka, dan dijadikan Taman Pattimura (Pattimura Park). 


      Prasasti Thomas Matulessy Pattimura Lapangan Merdeka
      Prasasti Pattimura Pada Taman Pattimura, Lapangan Merdeka

      Ada Kontraversi tentang tempat kelahiran Kapitan Pattimura, ada yang mengatakan di Negeri Hualohi, Seram Selatan tetapi banyak yang menyebutkan lahir di Negeri Haria, Porto, Pulau Saparua. Tapi yang jelas Kapitan Lahir di Maluku, 8 Juni 1783 dan meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun, atau dikenal dengan nama Thomas Matulessy atau Thomas Matulessia, adalah Pahlawan Nasional Indonesia. Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarir dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris.

      Pattimura adalah putra Frans Matulesi dengan Fransina Silahoi. Adapun dalam buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".

      Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti. Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.


      Thomas Matulessy Pattimura


      Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarier dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja. Mengingat pada masa itu banyaknya kerajaan Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda menerapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahn dinas militer ini dipaksakan. 


      Thomas Matulessy Pattimura
      Patung Pattimura, Siang Hari

      Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura. Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. 

      Thomas Matulessy Pattimura
      Patung Pattimura, Malam Hari

      Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.

      Thomas Matulessy Pattimura
      Di Bawah Sinar Bulan 

      Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan.


      Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN” oleh pemerintah Republik Indonesia...... Pahlawan Nasional Indonesia. Ketuhanan yang maha esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan kemerdekaan bagi seluruh rakyat indonesia. 


      Baca Juga :

          http://ambon.irshut.com

          MAKANAN PAPEDA SAGU IKAN ASAR KHAS AMBON MALUKU

          Makanan khas Maluku khususnya di Ambon dikenal beberapa jenis seperti papeda, sagu, ikan kuah kuning, ikan asar dan makan lainnya. Dibawah ini ada beberapa jenis makanan tersebut :
          • PAPEDA dan IKAN KUAH KUNING

          Papeda kelihatannya seperti lem/perekat, dan memang dapat dijadikan sebagai lem kertas.
          Namun beginilah bentuk dari papepa makanan khas Ambon. Papeda terbuat dari tepung sagu yang dicampur dengan air panas, kemudian diaduk sampai mengental. 



          Papeda dimakan bersama "ikan kuah kuning" atau sop ikan yang ditambahkan kunyit sehingga berwarna kuning. Rasanya yang sedikit asam biasa ditambahkan dengan Belimbing Wuluh atau "Lemon Cina" Memang bila makan papeda dengan ikan kuah kuning sangat nikmat apalagi kalau dihidangkan masih hangat. Makanan non kolesterol ini juga sering dihidangkan pada saat acara-acara resmi yang menunjukan jati diri dari Orang Ambon.


          https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWbsFhO_N7npfRk2KaAuNS86GfGfweht1O_BnTKjCFdw3bMWgKlTvYKFhkcSE00tE7fmqKcj3q5ZxbZrWq-aju6jNwxS7_-6vIwROzGjpgINWfSOq3DsGSF7jM0JqRrUWltjddEM_l7KFo/s1600/detik_IMG_6683-s.jpg


          • SAGU

          Sagu adalah sebuah jenis pohon yang tumbuh di daerah rawa. Bagian dalam batang sagu yang merupakan empulur batang akan remas untuk menghasilkan tepung.



          Tepung sagu diolah menjadi beragam jenis makanan. Ada yang membuat sagu lempeng, sagu bakar, sagu gula, "sagu tumbu", "bagea", dan umumnya seperti dijelaskan di atas dibuat papeda sebagai sumber karbohidrat.

          Sagu gula, enak dimakan pada waktu pagi atau sore hari sebagai makanan santai pelepas lelah bersama keluarga. Pasangan dari sagu gula ini adalah teh manis atau kopi panas. Betapa nikmatnya duduk santai sambil makan sagu dan minum kopi panas, segala lara duka dan sedih hilang seketika.

          • IKAN ASAR

          Ikan asar adalah salah jenis khas makanan Ambon yang sering dijadikan oleh-oleh untuk keluarga, sanak saudara, handai tolan atau kerabat yang tinggal di luar Ambon.
          Namun ikan asar masih menjadi favorit makanan orang Ambon.

          Sebenarnya ikan asar adalah nama daerah di Ambon, namun di luar Ambon, namanya "Ikan Asap". Proses pembuatannya dengan pengasapan sehingga disebut ikan asap. Istilah Ambon bilang di "Asar".
          Waktu pembuatannya orang Ambon bilang "Asar akang di atas Para-Para".



          Artikel Terkait :

          PANTAI PANTAI WISATA DI AMBON



          Senja Di Teluk Baguala Ambon (photo: antaramaluku.com)





          Pasir putih halus,

          Air asin yang jernih,

          Langit biru,

          Debur ombak,

          Angin pun bernyanyi iringi tari gemulai nyiur.

          Inilah Ambon-ku,

          Inilah Manise…!



          Negeri Seribu Pulau, Mutiara, Minyak kayu putih, Cengkih, Pala,  Wisata Pantai. Coba anda tebak di mana letak wilayah yang saya sebutkan – hasil alamnya di atas?

          Yup..! Kita sedang membicarakan Provinsi Maluku, lebih tepatnya Pulau Ambon. Memang gak bakalan ada habisnya ya! kekayaan alam dan pariwisata di Maluku ini (Ambon), sungguh-sungguh sangat memukau.

          Ok, sebelum anda bosan lantaran membaca pembuka postingan saya yang kurang bermutu ini, mending kita masuk langsung pada inti dari postingan ini, yakni mengenai wisata pantai yang bisa anda nikmati jika berkunjung ke Ibu Kota Maluku (Ambon).
           

          Ibu kota Provinsi Maluku, (Ambon) sudah sangat terkenal dengan wisata bahari/pantainya, bukan saja di kalangan wisatawan lokal, namun sampai pada level Internasional. Bahkan daerah ini pernah menjadi salah satu tulang punggung Devisa dari sektor pariwisata (Di samping bali). Namun itu terjadi beberapa tahun yang lalu, sebelum konflik meluluhlantakan aspek perekonomian, pariwisata, serta keberlangsungan hidup bersaudara yang tertanam sejak jaman nenek-moyang (Pela-Gandong)
          Kini pasca konflik yang terjadi pada tahun 1999, daerah ini kembali bangkit dan membuka sayap pariwisata yang sempat menekuk itu. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kunjungan wisata baik domestik dan mancanegara yang terus meningkat dengan pesat.
          Berikut ini beberapa alternative lokasi wisata pantai yang dapat anda kunjungi. (selamat berdecak kagum!)



          Pantai Natsepa  (Photo : xentaur.multiply.com)
          1.      Pantai Natsepa


          Belum ke Ambon jika belum ke pantai Natsepa. Begitulah analogi orang-orang yang pernah berkunjung dan merasakan indahnya pantai ini.

          Hembusan manja angin laut disertai lenggak-lenggok pepohon di sepanjang garis pantai akan membuat anda terpana, belum lagi air laut yang jernih dan super bebas dari sampah, Bahkan saking jernihnya air laut anda bisa dengan mudah menyaksikan ikan-ikan yang berenang serta warni-warni terumbu karang yang membius mata. Semua itu terasa semakin lengkap  dengan permadani pasir putih lembut dan berkilauan yang terhampar luas di bibir pantai. Pokoknya semua keindahan pantai ini tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Yang jelas anda akan merasakan sensasi wisata yang saya jamin belum pernah anda rasakan sebelumnya.

          Pantai Natsepa (Photo : ntguide.info )
          Lokasi Pantai ini berada di Desa Suli Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Jarak yang harus ditempuh untuk mencapai objek wisata pantai yang terkenal dengan pasirnya yang  putih ini yakni  ±15 Km dari pusat kota Ambon dan ±23 Km dari Bandara Internasional Pattimura. Ada beberapa alternative transportasi yang bisa anda gunakan untuk mencapai lokasi ini. 

          a. Dari pusat kota, dengan menggunakan angkot (Rp. 5.000/orang.) Angkot mulai beroperasi pada pukul 04.50  – 21.00 WIT. Ada juga alternative lain, yakni menggunakan mobil charteran, harganya juga sudah pasti berkisar di atas Rp. 100.000

          b. Sedangkan untuk transportasi dari Bandara anda dapat menggunakan angkutan kota (Angkot) menuju daerah “Passo,” nah sesampai di Passo anda harus ganti angkot (Angkot yang melewati Pantai Natsepa di antaranya adalah : Jurusan Tulehu, Tengah-tengah, Liang dan Tial) biayanya hanya Rp.3.000. Anda takut tersesat?? Jangan khawatir anda hanya tinggal memberi tahu tujuan anda pada si supir. Atau jika anda bukan tipe orang yang senang naik turun angkot, maka anda bisa menggunan Taxi langsung dari bandara, kisaran harganya di atas Rp.100.000. sedangkan untuk biaya tiket masuk ke kawasan Natsepa anda cukup merogoh Rp.5.000.

          Pantai Natsepa saat penomena bulan raksasa (Photo By : Tiara Maharani)

          Fasilitas.

          Jika anda merasa jemu dengan hanya berendam dan bermain pasir, maka anda bisa merasakan sensasi mancing di pantai pasir putih ini.  Ada juga beberapa alternative yang disediakan oleh pengelola, yakni snorkling dan diving. Ingin memacu adrenalin anda?? Oke! Silahkan rasakan sensasinya saat anda menaiki banana boat. Masih kurang? Silahkan ber-jetski ria. Itu terlalu berbahaya? Jangan takut anda bisa menggunakan perahu/sampan sewaan guna melihat terumbu karang tanpa harus basah-basahan. Kok bisa? Ya iyalah, airnya kan jernih. Hehehe…

            (Photo : blog.salingsilang.com)

            Soal konsumsi anda tidak perlu khawatir, ada beberapa restoran yang dapat anda kunjungi di dalam areal wisata pantai ini. Nah bicara masalah perut, maka satu yang tidak boleh anda lewati yakni, “Rujak Natsepa.”  Campuran buah-buahan segar yang diiris tipis serta ditaburi bumbu kacang ini patut untuk dinikmati sembari menikmati saat-saat matahari tenggelam. Pokoknya saya jamin seribu persen anda tidak akan merasa rugi berkunjung ke pantai ini. 

          “Terus untuk istirahat gimana??”

          Nah! Untuk yang satu itu anda tidak perlu khawatir. Tidak jauh dari pantai natsepa (±200 m) terdapat terdapat Aston Natsepa Resort yang berskala bintang empat dan berada di tepi pantai. Tapi  bila anda khawatir dengan tagihannya nanti, anda dapat mencari penginapan yang harganya relative ekonomis.

             (Photo : aston-international.com)


          Sekedar info : 2 Km dari pantai Natsepa terdapat objek wisata yang tak kalah menarik, yakni Pantai Pasir Panjang Desa Tial. Untuk informasi mengenai lokasi yang satu ini akan saya bahas pada postingan selanjutnya.

          (Photo : kabarhotel.com)


          2. Pantai Liang (±13 Km dari Pantai Natsepa/ 31 Km dari Kota Ambon)


          Pantai yang satu ini tak kalah menariknya, yakni Pantai Liang (Hunimua) yang berada di Desa Liang Kec. Salahutu, Kab. Maluku Tengah- ini memiliki keunikan yang hampir sama dengan pantai natsepa, yaitu air yang super jernih serta pasir putih halus yang memenuhi bibir pantai. Lingkungannya pun benar-benar asri dan hijau. Di sana-sini dengan kokohnya pepohonan nyiur dan pepohonan khas daerah pesisir tampak menjadi kontras dengan permadani pasir pantainya. Hembusan angin sepoi-sepoi bakal membuai anda hingga enggan beranjak pulang. 

          (Photo : sosbud.kompasiana.com)

          Perlu di catat : Satu keistimewaan khusus dari Pantai Liang (Hunimua) ini yakni, menempati peringkat pertama terindah di Indonesia berdasarkan hasil penelitian Badan PBB yang mengurusi pembangunan global (UNDP) 1990. Adapun alasan dari terpilihnya pantai ini yakni karena memiliki panorama bawah laut yang sangat memikat. Pantai Liang pun berhasil mengalahkan pantai bunaken pada saat penilaian yang dilakukan oleh badan PBB tersebut. 

          (Photo : landscapeindonesia.com)
           Pihak Jepang dulunya jatuh hati dan sangat terpikat dengan pantai Liang, mereka pun  berniat menanamkan investasinya guna perkembangan pariwisata di Provinsi yang kaya akan wisata baharinya ini (baca : Provinsi Maluku.) Namun karena sengketa tanah antara penduduk tidak bisa diselesaikan, maka pihak infestor memilih bunaken untuk dikembangkan. Nah itu sedikit gambaran agar anda bisa mengetahui betapa eksotisnya Pantai ini. 

          Untuk fasilitas tidak jauh beda dengan pantai natsepa. Hanya jika anda ingin mencari penginapan atau hotel anda mesti kembali ke kawasan Natsepa yang hanya berjarak 15 Km. Oh iya, rujak di pantai ini pun tak kalah enaknya dengan rujak yang ada di Pantai Natsepa. Pokoknya MANTAP ALE.,

          Pantai Liang (Photo : chateauceloteh.wordpress.com)


           

          3. Santai Beach


          Santai Beach teretak di Desa Latuhalat Kec. Nusa Niwe, Berjarak kurang 16 km dari Pusat Kota Ambon dan dapat di tempuh dalam 30 menit, transposrtasi yang bisa digunakan untuk mencapai daerah ini yakni dengan menggunakan Angkot (Angkutan Kota) atau anda bisa menggunakan mobil charteran. Untuk harga Angkot yakni Rp.6000, sedangkan untuk mobil charteran rata-rata di atas Rp. 100.000.

          Santai Beach (Photo : flickr.com)

           



          Dari namanya saja ‘Santai Beach’ saya yakin anda pasti akan merasa santai dan nyaman berada di pantai ini. Santai beach sendiri Tidak begitu berbeda dengan pantai-pantai yang telah saya bahas di atas, yakni pasir putih bersih, laut yang biru dan jernih, serta memiliki Spot diving dan snorkling bagi mereka yang mencintai penjelajahan bawah laut. Untuk peralatan daving anda tidak perlu membawanya jauh-jauh dari kota anda, karena disamping berat dan bakalan jadi Over Bagasi, anda juga akan kerepotan. Lantas bagaimana??? Heheh… jangan panik,,,, di Santai Beach juga menyiapkan Fasilitas untuk olah raga selam yang satu ini. Anda hanya tinggal menyewa.

          (Photo : dennis11ipa2.blogspot.com)

          Kalau di pantai Liang (Hunimua) dan Pantai Natsepa menjadikan Rujak sebagai makanan khas-nya, maka beda lagi dengan pantai yang satu ini. Makanannya sangat sederhana, namun rasanya kawan..., saya yakin dapat membuat lidah anda bergoyang bagaikan nyiur-nyiur di pantai ini. Yah, singkong goreng dan teh manis. Simple bukan? Walaupun simple rasanya…. Mantap. Hehehehe… selain singkong goreng anda juga bisa menikmati rujak dan menu-menu lain yang tak kalah gurihnya.

          Untuk tempat peristirahatan? 

          di sekitar lokasi Santai Beach terdapat penginapan yang harganya terjangkau. Sekedar pengingat….! Jangan lupa Alat dokumentasi untuk mengabadikan liburan anda.

          (Photo : malukueyes.com)

          OK.. Sampai di sini dulu.. tapi jangan khawatir sebab masih banyak lokasi wisata pantai di Ambon yang akan saya bahas.

          Selamat berlibur di tanah  Ambon Manise….

          Sumber Gambar : Google-tertera



          SUMBER :  http://noerz-muakrim.blogspot.com

          http://ambon.irshut.com

          Entri Populer